Review penelitian tentang seni rupa dan desain

Jurnal Pertama


Judul : BEDAH LOGO AUTOCILLIN MENGGUNAKAN TEORI SEMIOTIKA

Objek Kajian Seni Rupa dan Desain :

Ketika sebuah merek akan berkomunikasi dengan masyarakat melalui media visual, maka seorang desainer komunikasi visual yang akan bertindak sebagai pengirim pesan dalam bentuk visual yang memiliki makna. Sebuah produk asuransi kendaraan bermotor Autocillin akan meluncurkan mereknya, untuk itu dibutuhkan kehadiran identitas visual Autocillin yang dapat mengubah persepsi masyarakat mengenai asuransi sekaligus merepresentasikan citra merek yang sesuai dengan cita-cita dan harapan para pembangun merek Autocillin, dengan mengedepankan filosofinya.

Pendekatan :

Dalam kasus ini adalah membedah logo Autocillin melalui pendekatan teori Semiotika

Metode dan Analisis :

Pembedahan menggunakan pendekatan teori Semiotika dari Peirce dengan pengembangannya pada ikon, indeks dan simbol, serta teori Semiotika hasil pengembangan dari Charles Morris pada proses semiosis yaitu sintaks, semantik dan pragmatik, serta pendekatan Roland Barthes mengenai analisis semiosis pada desain.

Teori :

teori Semiotika hasil pengembangan dari Charles Morris pada proses semiosis yaitu sintaks, semantik dan pragmatik, karena teori ini dipandang lengkap dan dekat dengan karakteristik Desain Komunikasi Visual; serta pendekatan Roland Barthes analisis semiosis pada desain.

Kesimpulan :

Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan bahwa logo Autocillin dapat menjawab kebutuhan diciptakannya identitas visual yang dapat mengkomunikasikan unprecedented experience bagi konsumennya serta dapat mengubah persepsi masyarakat baik mengenai asuransi secara umum, maupun khususnya asuransi mobil. Sesuai dengan namanya yang merupakan kombinasi dari 2 kata yaitu 'auto' dan 'cillin' asuransi ini memberikan 'obat' untuk memulihkan 'luka' yang tidak hanya terbatas pada luka fisik pada kendaraannya. Namun lebih dari itu, Autocillin memulihkan luka batin pada pemilik kendaraan, menghapus kekecewaan dan ketidaknyaman setelah risiko terjadi.Melalui pendekatan tanda seperti yang telah dijabarkan di atas maka melalui identitasnya sebuah merek Autocillin siap untuk berinteraksi dan bersaing dengan merek-merek yang sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat.

Yang menurut saya bisa diteliti setelah jurnal tersebut adalah :

Ketika sebuah merek akan berkomunikasi dengan masyarakat melalui media visual, maka seorang desainer komunikasi visual akan  bertindak sebagai pengirim pesan yang akan disampaikan dikemas dalam bentuk visual tang memiliki makna.


Jurnal Kedua

 

Judul : PENTINGNYA PERAN LOGO DALAM MEMBANGUN BRAND

Objek Kajian Seni Rupa dan Desain :

Logo adalah elemen grafis berbentuk ideogram, simbol, emblem, ikon, tanda yang digunakan sebagai lambang sebuah brand. Logo adalah pintu masuk yang mencerminkan sebuah brand. Oleh sebab itu, logo harus dapat menampilkan pribadi dan jiwa entitas yang diwakilinya.

Pendekatan :

Penulis melakukan pendekatan studi kaji, dengan menghadiri workshop, melihat pengalaman dan pengamatan pribadi penulis di lingkungan kerja.

Metode dan Analisis :

Penelitian yang dilakukan untuk membuktikan pentingnya peranan logo dalam membangun branding ini dilakukan berdasarkan studi literatur dan studi lapangan. Pertama-tama, penulis melakukan pendekatan studi kaji, dengan menghadiri workshop, melihat pengalaman dan pengamatan pribadi penulis di lingkungan kerja. Selain itu, penulis melakukan studi literatur, dengan mencari berbagai sumber terkait pentingnya logo dalam branding melalui media cetak, maupun elektronik. Sumber informasi diseleksi, dievaluasi, dan dijadikan pendukung dalam penulisan ini.

Teori :

Tidak ada teori spesisifik pada tulisan ini. Hanya berdasarkan pada observasi literatur lain dari si penulis

Kesimpulan :

Brand adalah aset tak berwujud yang paling bernilai dari sebuah entitas. Oleh karena itu, branding harus digarap dengan serius, termasuk desain logo sebagai pintu masuk yang mencerminkan brand. Logo harus mencerminkan jiwa/kepribadian brand yang diwakilinya. Logo juga harus memiliki keunikan yang dapat membedakan suatu entitas dengan entitas lainnya. Maraknya praktik layanan logo cepat saji dan murah tidak bisa dianggap enteng. Praktik tersebut menghasilkan logo instan yang generik. Hal ini akan menjadi lingkaran setan yang makin lama makin menjatuhkan nilai logo, dan menghancurkan brand. Untuk memperbaiki kondisi tersebut, diperlukan kerja sama antara pemilik brand dan desainer. Kesadaran dari kedua belah pihak tersebut harus digugah demi kepentingan bersama.

Yang menurut saya bisa diteliti setelah jkurnal tersebut adalah :

Berdasarkan pemaparan diatas, ternyata kurangnya kesadaran akan pentingnya peranan logo dalam membangun brand bukan hanya terjadi di kalangan pengusaha sebagai klien, melainkan juga di kalangan para desainer. Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki situasi ini antara lain: (1) diadakannya seminar-seminar baik untuk pengusaha maupun desainer mengenai pentingnya membangun brand, dan pentingnya peranan logo dalam membentuk sebuah brand; dan (2) membangkitkan kesadaran para desainer untuk lebih menghargai profesi mereka sendiri. Hal ini bisa dilakukan melalui banyak kegiatan seperti seminar, workshop, maupun kampanye.


Jurnal Terakhir


Judul : MAKNA BUNGA MAWAR PADA FILM BEAUTY AND THE BEAST DALAM BINGKAI TEORI SEMIOTIK ROLAND BARTHES

Objek kajian seni rupa dan desain :

Bunga mawar menjadi objek kajian semiotik ini

Pendekatan :

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara menonton film Beauty and the Beast berulang-ulang dan saksama. Kemudian diambil potongan-potongan adegan penting dalam film untuk dianalisis dengan cara mengamati secara mendalam tayangan bunga dalam film itu mencakup visualisasi dan verbalisasi dalam adegan-adegan penting itu. Tak hanya itu, untuk mendukung pengamatan terhadap makna bunga dalam film, peneliti juga membaca beberapa sumber artikel terkait bunga mawar dan mitos yang berhubungan dengan situasi di film tersebut.

Metode dan analisis :

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Metode itu akan digunakan untuk menganalisis makna bunga mawar yang terdapat dalam film Beauty and the Beast. Metode deskriptif kualitatif ini dirasa sesuai untuk menganalisis dan mengolah data yang menjadi sasaran yang bersifat kualitatif. Cresswell (2009) menyebutkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan untuk menganalisis, mengategorikan, dan menginterpretasikan data.

Teori :

Penelitian ini dilakukan menggunakan teori semiotik Roland Barthes yang berfokus pada makna denotasi, konotasi dan mitos.

Kesimpulan :

Penelitian kualitatif dengan pisau analisis teori semiotik Barthes ini menemukan bahwa makna bunga mawar merah dan mawar putih terentang dari makna denotatif hingga makna mitologi. Secara denotatif bunga mawar hanyalah bunga biasa dengan karakteristik berduri, berkelopak indah, dan berbau wangi. Namun, film ini berhasil mengeksploitasi makna konotasi dan mitologi bunga mawar.

Yang menurut saya bisa diteliti setelah jurnal tersebut adalah :

Tahapan pemaknaan bunga mawar yang dipetakan dalam analisis semiotik Barthes berlangsung itu tanpa disadari penonton film Beauty and the Beast. Oleh karena itu, teori Barthes ini sangat bermanfaat untuk menganalisis sebuah gejala budaya



Komentar

Postingan Populer